Jogja (Last Trip)

Berangkat pagi-pagi menuju Borobudur adalah supaya menghindari sengatan panas matahari. Iya, diatas jam 9 pagi Borobudur sudah panas dan lebih siang lagi akan terasa panas sekali. Dimulai dari shelter Malioboro kami menuju terminal Jombor. Setelah itu kita langsung mencari bus lokal yang menuju Borobudur dengan membayar Rp 12.500 saja. Dan di dalam bus lagi-lagi kita menemukan teman baru, haha.. namanya Mbak Rini. Dia ternyata buka usaha di wisata Candi Borobudur juga. Di sepanjang perjalanan, dia menceritakan banyak hal mulai dari tempat wisata yang menarik di Borobudur sampai kuliner-kulinernya, juga sejarah meletusnya Gunung Merapi, hehe..

Teman baru
Teman baru

Oh ya, di 3/4 perjalanan menuju Borobudur akan kita jumpai Candi Badut juga.

melewati Candi Badut
melewati Candi Badut

Beberapa jam kemudian kita sampai di terminal Borobudur, kita jalan kaki yang sekitar 2 km-an untuk menuju Tempat Wisata Borobudur. Untuk htm nya Rp 30.000. Sebelum memasuki area candi, kita diwajibkan untuk memakai kain batik untuk menghormati tempat umat agama Buddha ini yang telah disediakan oleh pegelola tempat wisata. Borobudur waktu itu sangat hot dan ramenya minta ampun, di sudut manapun tidak ada yang namanya sepi, ngap banget rasanya.

Borobudur yang ramai sekali
Borobudur yang ramai sekali
Ramainya pengunjung
di setiap sudut selalu ada wisatawan
Tidak sedingin pada faktanya
Tidak sedingin pada faktanya
hot hot Borobudur
"tamu" tak diundang
“tamu” tak diundang

Puas menikmati megahnya candi Buddha ini kita sempatkan mampir di tokonya Mbak Rini, lumayan dapet es teh yang seger sekali, gratis pula, haha..

Setelah itu kita menuju ke terminal Borobudur lagi, tetapi kita putuskan untuk makan siang di kawasan terminal, harganya sih masih terjangkau, rasanya juga lumayan. Dan selesai makan langsung bergegas menuju bus. Beeehh, di dalam bus sudah kayak di oven aja, panasnya minta amponn, tapi tidak ada pilihan lain selain bus-bus lokal ini. Di dalam bus saya sempat tertidur saking capeknya, hehe.. Bangun-bangun udah sampe terminal Jombor, kita lalu mencari masjid terdekat dan menunaikan ibadah sholat, ademm banget rasanya.

Dan perjalanan dari Jombor ke penginapan sangat lama, jalanan begitu padet sehingga macet (suasana liburan natal dan tahun baru), untungnya transjogja ada AC-nya ya, coba kalo gak ada x.x. Sesampainya di penginapan kita puas-puasin istirahat mendinginkan kepala dan bersiap-siap untuk perjalanan nanti malam.

Sorepun berganti malam.. Kita langsung menuju angkringan yang kemarin, membeli sego kucing dan lauk-lauknya yang enak itu. Dan makan malam kemarin itu kita ditemani gadis-gadis cantik (Riski, Lala, Hani), hehe.. Sekalian perpisahan sama mereka karena malam itu juga mereka harus pulang. Duh, mereka itu baik banget, doyan banget nraktir kita, sedangkan kita jarang banget, hehe, makasih ya teman :).

Selesai makan dan berpisah, kita langsung menuju salah satu ikon Jogjakarta yaitu Tugu Jogjakarta. Dari stasiun tugu jaraknya cukup dekat, kita berjalan kaki sekitar 15 menit sudah nyampe sana. Lokasi Tugu ini persis berada di tengah-tengah perempatan jalan raya. jadi hati-hati juga kalau sedang berada disini.

Klasik dan cantik
Klasik dan cantik
ka-ki (Uni, Yaum, Nana, goe)
ka-ki (Uni, Yaum, Nana, goe)

Puas menikmati malam terakhir di Jogja, kita pun memutuskan untuk kembali ke penginapan, ngobrol nglantur sana sini dan kembali ke kamarnya masing-masing.. Good sleep πŸ™‚

The last day… saya dan teman-teman memutuskan mengisi waktu yang tersisa dengan belanja-belanja saja *sok banyak uang, haha.. Awalnya, tujuannya sama yaitu ke Pasar Beringharjo tapi karena perbedaan semakin nyata adanya, kita jalan jadi dua grup, haha.. Suasana pasar sangat ramai, padat, tapi barang disini juga lumayan bagus dengan harga murah, pintar-pintar saja kita memilih. Puas mengubek-ubek pasar kita menuju Pia Pathok, salah satu oleh-oleh khas Jogja, suasana disini juga ruame, mau bayar aja antrinya segunung, haha..

Pia Pathok
Pia Pathok

Dan akhirnya kita harus meninggalkan kota Jogja ini, kota penuh cerita :D. Kita mencari becak untuk mengantarkan ke stasiun Lempuyangan, susah-susah gampang mencari tukang becak, tapi tetap semangat, go go.. Sesampainya di stasiun, kita masih menunggu sekitar satu jam-an, hmm, belum-belum keretanya sudah molor, yah beginilah salah satu potret transportasi massal di Indonesia, haha..

Wajah kumus-kumus
Wajah kumus-kumus

Begitu kereta sampai kita langsung naik, dan begitu duduk, udara panas menyerang seketika, badan terasa lengket, mana kipasnya gerak tapi baling-balingnya gak muter, behhh.. πŸ˜€ :D..(namanya juga kereta ekonomi ya, tapi kereta ekonomi sekarang sudah lebih baik ko, sudah ada AC nya dan harganya otomatis juga lebih mahal)

Beberapa puluh jam kemudian kita sampai di stasiun Gubeng. krik krik, masih tengah malam dan kereta Malang masih nanti pagi, ya sutralah, kita ngemper di kursi-kursi depan loket sambil menghabiskan waktu, walaupun bukan kasur tapi tetap saja bisa tidur, haha..

Pagi pun datang. kita memasuki loket dan.. di pagi-pagi buta itu pun masih aja antri, haha.. namanya juga cari yang murah dan yang berangkat paling pagi :D. lalu beberapa jam kemudian… hawa sejuk sudah menyambangi kita lagi, Malang, im coming :*.. Andri sudah siap menjemput Nana dan Uni, tapi Uni lebih milih nge-len, saya dan Yaum juga nge-len dulu menuju Arjosari.. Dan sampai di kos saya langsung tak sadarkan diri menuju pulau kapuk, zzzzzz…

Bagi saya, Jogja merupakan salah satu kota yang sangat ngangenin, banyak hal yang bisa kita pelajari disana, banyak wisata yang dapat kita nikmati dan banyak juga kuliner yang menggoda lidah kita untuk disantap, Jogjaaa.. selalu menarik hati :*

Terimakasih tak terhingga saya sampaikan kepada Yaum, Uni dan Nana yang sudah berbagi tawa nya di perjalanan Jogja kemarin, next trip kemana lagi ya??

3 respons untuk β€˜Jogja (Last Trip)’

Tinggalkan komentar